Sebuah
kisah kecil tentang seorang gadis mungil berumur lima tahun. Setelah
menabung sekian waktu dan setelah menampung uang sebesar dua dollar,
akhirnya ia berhasil membeli seutas kalung permata dari sebuah kios
kecil di samping rumahnya, sebuah kalung tiruan.
Jenny, demikian nama gadis cilik ini, sungguh amat mencintai kalung
permata tersebut. Ia merasa bahwa permata tersebut telah membuatnya
nampak bagaikan seorang bidadari. Ia akan mengenakan kalung tersebut
dalam kesempatan apapun, entah ke sekolah minggu, ke sekolah Taman
Kanak-kanak, bahkan juga di saat tidur malam.
Jenny memiliki seorang ayah yang sangat mencintainya. Setiap malam
saat Jenny siap tidur malam, ayahnya akan melepaskan kegiatan apa saja
yang sedang dilakukannya dan duduk di samping ranjang Jenny membacakan
cerita dongeng baginya. Suatu malam, setelah membacakan dongeng baginya,
sang ayah bertanya;
"Jenny, apakah engkau mencintai daddy?"
"Oh Daddy…, daddy pasti tahu bahwa saya sungguh mencintai daddy.”"
"Nah kalau Jenny mencintai daddy, berikan kalung "permata itu buat daddy.” Demikian pinta ayahnya.
"Oh... Tidak!! Daddy bisa ambil boneka kuda yang ada di atas meja
sana, kuda dengan ekor berwarna pink itu. Kuda itu salah satu kesayangan
saya, tapi saya rela berikan itu untuk daddy." Demikian jawab Jenny.
"Oh sayang… Nggak apa-apa. Daddy mencintaimu! Selamat tidur yah!" Kata ayahnya samping mengecup pipi puterinya.
Kira-kira minggu berikutnya, setelah membacakan dongeng buat Jenny, sang ayah sekali lagi bertanya;
"Jenny, apakah engkau mencintai daddy?"
"Daddy, daddy tahu bahwa Jenny mencintai daddy?"
"Kalau demikian, berikan kalung permata itu buat daddy."
"Oh tidak daddy. Daddy boleh ambil boneka atau apa saja yang lain
tetapi bukan kalung ini. Ambil aja 'baby-wawa' yang berdiri di sana.
Jangan lupa kenakan gaun merah muda buatnya karena ia nampak cantik
mengenakan gaun itu." Demikian jawab Jenny.
"Oh… Nggak apa-apa sayang. Daddy mencintaimu." Kata sang ayah sambil mengecup keningnya.
Beberapa malam berikutnya. Ketika sang ayah memasuki kamar Jenny,
didapatinya Jenny sedang duduk bersila di atas ranjangnya. Ketika ia
datang mendekat, sang ayah bisa melihat bahwa dada Jenny kini berguncang
keras dan sebutir air mata meluncur jatuh di pipinya.
"Jenny, apa yang sedang terjadi pada dirimu?"
Tanpa mengatakan sepatah katapun Jenny mengangkat kedua tangannya
yang sedang terkatup ke arah ayahnya. Dan ketika ia membuka tangannya,
terlihatlah gemerlapan kalung perak di tangannya. "Daddy, ambillah ini.
Ini untukmu." Kata Jenny di sela-sela tangisnya.
Dengan penuh haru sang ayah menerima kalung permata murahan itu
sambil tangan yang lain mengeluarkan kalung permata sungguhan dari dalam
sakunya dan memberikannya kepada puterinya. Ia tahu bahwa sang putrinya
nampak cantik saat mengenakan kalung permata murahan itu dan sungguh
mencintainya.
Sang ayah ingin memberikannya dengan kalung permata asli. Kalung
tersebut senantiasa dibawanya dalam sakunya, namun ia hanya akan
memberikan kalung itu kepada Jenny saat ia rela meninggalkan kalung
tiruan dan murahan yang sedang dikenakannya.
Hanya ketika "Jenny" rela meninggalkan yang tidak real, ia akan diberi sesuatu yang real.