Oh, betapa
nikmatnya,.bahwa aku masih memiliki sebuah bantal yang bisa membantu
serta menemaniku untuk menciptakan mimpi di malam hari! Setiap malam
tiba, aku mengebas bantalku, menempatkannya dalam posisi yang enak buat
menyanggah kepalaku untuk beristirahat, untuk berziarah menjelajahi
segala kemungkinan di dunia mimpi.
Di siang hari, mungkin aku harus berhadapan dengan sejuta kekecewaan,
sejuta kegagalan. Mungkin aku harus berhadapan dengan pengalaman yang
membuatku seakan tak mampu berdiri dan bergerak maju. Mungkin aku harus
berhadapan dengan orang yang memandangku dengan sorotan mata dingin.
Mungkin karena salah paham, saya harus menerima penilaian yang tidak
adil menurut pertimbanganku. Mungkin sepanjang hari aku diselimuti oleh
sejuta kesibukan yang aku sendiri tak tahu mengapa dan untuk apa aku
begitu sibuk, hingga seluruh badanku penat menanti liang lahat. Mungkin
aku ditinggal sendiri ketika sebuah beban berat datang menindih. Namun,
.. Puji Tuhan!!! Sekurang-kurangnya aku masih memiliki sebuah bantal
untuk dipeluk.
Bantalku.... Ia menyimpan semua rahasia mimpiku untuk dunia masa
datang. Ia secara tabah dan setia mendampingiku saat kemelut bathin
datang mencekam. Ia rela menampung semua butir air mataku yang pernah
bergulir jatuh. Ia seakan tangan Veronika yang penuh kasih, mengeringkan
air mata yang masih tersisa di pipiku. Ia begitu tenang tanpa kata, ia
setia menerimaku apa adaku untuk secara tenang dan nyaman memberikan
seluruh diri untuk beristirahat di malam hari.
Terima kasih bantalku...!!! Kendati segala kemelut silir berganti datang
di hari ini, namun kalau masih ada engkau menemani aku menciptakan
mimpi untuk hari esok, maka aku percaya bahwa hari esok merupakan hari
baru yang diwarnai oleh sejuta janji.